By,
jika waktuku adalah kalender,
maka kamu adalah tanggal merah yang paling kunantikan,
detik yang berulang tanpa pernah membosankan,
pagi yang selalu ingin kujalani perlahan.
Di angka dua puluh tiga,
kamu bukan hanya bertambah usia,
kamu bertambah cahaya—
yang makin sukar kugambarkan pakai kata.
Aku ingin bercerita tentang kamu,
tanpa tergesa,
tanpa dipotong koma.
Bahwa senyummu itu rumah,
bukan sekadar lengkung bibir,
tapi ruang pulang
yang ketika kumasuki,
semua lelah langsung meletakkan sepatu di luar.
Bahwa caramu menyebut namaku,
lebih hangat dari selimut saat hujan menjelang,
lebih tenang dari langit yang menguning
sebelum matahari izin pamit pulang.
By,
kamu bukan bintang,
karena bintang bisa padam.
Kamu itu langitnya,
yang tetap ada bahkan ketika gelap.
Di usia 23, biarkan aku jujur:
aku mencintaimu bukan dengan ledakan besar,
tapi dengan hal-hal kecil yang diam-diam tinggal.
Dengan caraku mengingat detail yang kamu lupa,
dengan jeda yang kuambil sebelum merindukanmu,
padahal tidak pernah benar-benar berhenti.
Mungkin cinta kita tidak selalu mulus,
mungkin sempat bertengkar, sempat diam-diaman,
sempat dunia seperti mengerut
lalu memaksa hati bicara pelan-pelan.
Tetapi lihatlah By,
kita tidak menyerah.
Kita memilih bertahan.
Itu bukan drama,
itu keajaiban yang kita rawat berdua.
Kalau hidup ini panggung,
aku tidak perlu peran utama,
asal kamu tetap di dialog yang sama.
Di umurmu yang ke-23,
aku tidak hanya berharap kamu bahagia,
aku berharap kamu sadar kalau bahagia itu sering berwajah kamu.
Semoga langkahmu selalu ringan,
tapi mimpi-mimpimu berat karena besar.
Semoga kamu tidak pernah kehilangan dirimu,
demi menjadi yang lain.
Jadilah Reni sepenuhnya,
karena dunia sudah cukup
tanpa perlu kamu jadi versi serupa.
Terima kasih
sudah lahir ke bumi,
terima kasih
tidak menyerah pada hari yang berat,
terima kasih
sudah tumbuh sampai titik ini,
dan terima kasih,
karena tanpa kamu tahu pun,
kamu menyelamatkanku berkali-kali.
Hari ini, lilin ulang tahunmu tidak cukup banyak
untuk mewakili semua doa yang ingin kuceritakan.
Tapi jika api kecil itu bisa bicara,
pasti dia berkata:
“Semoga kamu dicintai seluas kamu memberi cinta.”
Selamat ulang tahun, Reni Rianti Prastiti,
gadis yang langkahnya sedikit tapi pasti,
yang hatinya lembut tapi kuat tak terkira,
yang tawa dan diamnya sama-sama punya cerita.
Semoga usia 23 ini
menjadi bab terbaik yang pernah kamu buka,
dan bila beruntung,
aku ingin tetap duduk di halamannya—
lama, bahkan ketika buku hampir selesai.
Dari seseorang
yang mencintaimu lebih dari yang ia ucapkan,
Selamat ulang tahun, Reni.
Tetaplah bercahaya.
Karena semesta pun senang saat kamu menyala